Skip to main content

Manusia: Musayyar atau Mukhayyar? (Part 1)

Seorang Peneliti berpendapat bahwa manusia hidup di dalam dua area. Pertama, "area yang manusia kuasai". Area ini berada dalam lingkup kekuasaan manusia, dan seluruh perbuatan/peristiwa yang terjadi dalam area ini merupakan pilihannya. Kedua, "area yang menguasai manusia". Area ini tidak berada dalam kendali manusia; Pada area ini, semua perbuatan/peristiwa - baik peristiwa itu berasal dari manusia ataupun peristiwa itu menimpa dirinya - seluruhnya terjadi tanpa campur tangan manusia sedikitpun.

Perbuatan/peristiwa yang terjadi pada "area yang menguasai manusia", tidak ada sedikitpun andil dan campur tangan manusia dalam kejadiannya. Area yang kedua ini terbagi dua; Pertama, bagian yang membutuhkan Nizham al-Wujud (sunnatullah). Kedua, bagian yang tidak membutuhkan Nizham al-Wujud, namun tetap berada di luar kapasitas kendali manusia, dan ia tidak mampu menolak atau menghindarinya.

Adapun bagian yang membutuhkan Nizham al-Wujud, maka manusia tunduk kepada Nizham al-Wujud, ia dipaksa sesuai/selaras dengan aturan sistemnya. Karena, ia memang berjalan bersama semesta alam dan kehidupan ini sesuai dengan aturan sistem khusus. Karena itulah, perbuatan/peristiwa pada area ini terjadi tanpa kehendak manusia, bahkan manusia dipaksa (musayyar) dan tidak bebas memilih (laysa bi-mukhayyar).

Manusia lahir dan mati tanpa kehendaknya, tidak mampu terbang di udara, tidak mampu berjalan di air, tidak mampu menciptakan warna mata-kepala-tubuhnya, semua itu Allah Ta'ala-lah yang menciptakannya, tanpa pengaruh dan ikatan apapun dari hamba ciptaan-Nya. Karena, Allah Ta'ala-lah yang menciptakan sistem Nizham al-Wujud sebagai pengatur alam ini supaya manusia berjalan selaras dengan sistem peraturan tanpa memiliki kekuasaan untuk melanggarnya.

Adapun perbuatan/peristiwa yang tidak membutuhkan Nizham al-Wujud, namun masih berada di luar kapasitas kendali manusia, dan manusia tidak mampu menolak atau menghindarinya, yaitu segala perbuatan/peristiwa yang berasal dari manusia atau yang menimpanya secara paksa, bahkan ia tidak mampu menolak dan/atau menghindarkannya secara mutlak.

Seperti, seseorang jatuh dari atas tembok lalu menimpa oranglain kemudian menyebabkan oranglain tersebut mati. Sebagaimana tatkala seseorang menembak burung, namun tanpa sengaja mengenai manusia hingga mati. Atau ketika terjadi kecelakaan kereta, mobil atau pesawat dikarenakan kerusakan mendadak tanpa mampu mengindarinya yang kemudian menyebabkan para penumpang tewas, dan banyak contoh lain yang serupa.

Semua perbuatan/peristiwa yang dari manusia atau yang menimpanya ini, meskipun bukan bagian yang membutuhkan Nizham al-Wujud, namun ia terjadi tanpa kehendak manusia, dan ia bukan dalam wilayah kapasitas kendali manusia. Maka, ia termasuk ke dalam "area yang menguasai manusia".

Comments

Popular posts from this blog

Ilmu & Iradah Allah Meliputi Perbuatan Hamba

Adapun mengenai ilmu Allah Ta'ala, sesungguhnya ilmu-Nya tidak memaksa seorang hamba untuk melakukan suatu perbuatan tertentu, karena Allah Ta'ala telah mengetahui bahwasanya seorang hamba (yang dibebaskan memilih tindakan tanpa paksaan) niscaya akan melakukan tindakan/perbuatan secara sukarela, dan bukan berlandaskan atas ilmu Allah Ta'ala, bahkan secara azali - Allah Ta'ala telah mengetahui - bahwa seorang hamba akan melakukan perbuatan tersebut. Adapun tulisan yang terdapat di Lawhul Mahfuzh tidak lain merupakan gambaran tentang kemahaluasan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu. Iradah Allah Ta'ala juga tidak memaksa seorang hamba untuk melakukan suatu perbuatan tertentu. Justru perbuatan seorang hamba masih berada dalam cakupan iradah-Nya, selama iradah-Nya dipahami dari sisi bahwa "tidak akan terjadi sesuatu apapun di kerajaan (alam kekuasan)-Nya kecuali atas iradah-Nya", dengan kata lain "tidak ada sesuatupun di alam ini yang kejadiannya ber...

Membedah Tiga Ideologi Besar Dunia

Ada tiga ideologi yang terdapat di dunia, yaitu Kapitalisme, Sosialisme-Komunisme dan Islam. Masing-masing ideologi memiliki aqīdah yang melahirkan peraturan, mempunyai parameter bagi perbuatan manusia di kehidupan ini, memiliki konsep masyarakat yang unik dan methode tertentu untuk menerapkan peraturannya. Dari segi aqīdah, Komunisme memandang bahwa materi adalah asal-usul segala sesuatu.  Melalui proses evolusi materialistiklah, materi berkembang dan mewujud menjadi segala sesuatu. Sedangkan Kapitalisme mewajibkan pemisahan agama dari seluruh lini kehidupan, yang berdampak pada pemisahan agama dari negara. Para Kapitalis tidak ingin berdebat apakah di sana ada pencipta atau tidak, juga tidak peduli apakah eksistensi tuhan diakui atau diingkari, mereka sepakat bahwa Tuhan tidak memiliki andil dalam mengatur urusan kehidupan. Jadi, mereka - yang mengakui maupun yang menolak eksistensi pencipta - memiliki aqīdah yang sama, yaitu pemisahan agama dari se...