Adapun mengenai ilmu Allah Ta'ala, sesungguhnya ilmu-Nya tidak memaksa seorang hamba untuk melakukan suatu perbuatan tertentu, karena Allah Ta'ala telah mengetahui bahwasanya seorang hamba (yang dibebaskan memilih tindakan tanpa paksaan) niscaya akan melakukan tindakan/perbuatan secara sukarela, dan bukan berlandaskan atas ilmu Allah Ta'ala, bahkan secara azali - Allah Ta'ala telah mengetahui - bahwa seorang hamba akan melakukan perbuatan tersebut. Adapun tulisan yang terdapat di Lawhul Mahfuzh tidak lain merupakan gambaran tentang kemahaluasan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu.
Iradah Allah Ta'ala juga tidak memaksa seorang hamba untuk melakukan suatu perbuatan tertentu. Justru perbuatan seorang hamba masih berada dalam cakupan iradah-Nya, selama iradah-Nya dipahami dari sisi bahwa "tidak akan terjadi sesuatu apapun di kerajaan (alam kekuasan)-Nya kecuali atas iradah-Nya", dengan kata lain "tidak ada sesuatupun di alam ini yang kejadiannya berlawanan dengan iradah-Nya".
Maka, ketika seorang hamba melakukan suatu perbuatan tanpa dicegah oleh Allah Ta'ala, tanpa paksaan, bahkan Allah Ta'ala membiarkan hamba-Nya melakukan suatu perbuatan secara sukarela, pada hakikatnya perbuatan hamba tersebut masih berdasarkan iradah Allah dan tidak berlawanan dengan iradah-Nya. Perbuatan seorang hamba dilakukan berdasarkan pilihannya sendiri secara sukarela, iradah Allah Ta'ala tidak memaksanya untuk melakukan suatu perbuatan tertentu.
Inilah penjelasan qadha-qadar. Pembahasan masalah ini dapat memacu manusia untuk melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan, selama ia menyadari bahwa Allah Ta'ala senantiasa mengawasi dan menghisabnya; Selama manusia menyadari bahwa Allah Ta'ala telah memberikan kebebasan ikhtiyar, memilih melakukan suatu perbuatan atau memilih meninggalkannya; Dan selama ia menyadari bahwa jika ia tidak menggunakan hak pilihnya dengan baik, tentulah ia celaka dan mendapat adzab yang pedih.
Karena itulah, seorang Mu'min sejati yang memahami hakikat qadha-qadar, memahami hakikat ni'mat aqal dan ni'mat ikhtiyar yang Allah Ta'ala karuniakan, akan kita dapati sangat waspada dan takut kepada Allah Ta'ala, selalu menegakkan perintah Allah Ta'ala dan menjauhi segala larangan-Nya, sebab takut ditimpa adzab Allah Ta'ala dan merindukan surga-Nya, bakkan ia mendambakan yang lebih besar daripada itu, yaitu ridha Allah Ta'ala.
Comments
Post a Comment