Skip to main content

Ilmu & Iradah Allah Meliputi Perbuatan Hamba

Adapun mengenai ilmu Allah Ta'ala, sesungguhnya ilmu-Nya tidak memaksa seorang hamba untuk melakukan suatu perbuatan tertentu, karena Allah Ta'ala telah mengetahui bahwasanya seorang hamba (yang dibebaskan memilih tindakan tanpa paksaan) niscaya akan melakukan tindakan/perbuatan secara sukarela, dan bukan berlandaskan atas ilmu Allah Ta'ala, bahkan secara azali - Allah Ta'ala telah mengetahui - bahwa seorang hamba akan melakukan perbuatan tersebut. Adapun tulisan yang terdapat di Lawhul Mahfuzh tidak lain merupakan gambaran tentang kemahaluasan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu.

Iradah Allah Ta'ala juga tidak memaksa seorang hamba untuk melakukan suatu perbuatan tertentu. Justru perbuatan seorang hamba masih berada dalam cakupan iradah-Nya, selama iradah-Nya dipahami dari sisi bahwa "tidak akan terjadi sesuatu apapun di kerajaan (alam kekuasan)-Nya kecuali atas iradah-Nya", dengan kata lain "tidak ada sesuatupun di alam ini yang kejadiannya berlawanan dengan iradah-Nya".

Maka, ketika seorang hamba melakukan suatu perbuatan tanpa dicegah oleh Allah Ta'ala, tanpa paksaan, bahkan Allah Ta'ala membiarkan hamba-Nya melakukan suatu perbuatan secara sukarela, pada hakikatnya perbuatan hamba tersebut masih berdasarkan iradah Allah dan tidak berlawanan dengan iradah-Nya. Perbuatan seorang hamba dilakukan berdasarkan pilihannya sendiri secara sukarela, iradah Allah Ta'ala tidak memaksanya untuk melakukan suatu perbuatan tertentu.

Inilah penjelasan qadha-qadar. Pembahasan masalah ini dapat memacu manusia untuk melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan, selama ia menyadari bahwa Allah Ta'ala senantiasa mengawasi dan menghisabnya; Selama manusia menyadari bahwa Allah Ta'ala telah memberikan kebebasan ikhtiyar, memilih melakukan suatu perbuatan atau memilih meninggalkannya; Dan selama ia menyadari bahwa jika ia tidak menggunakan hak pilihnya dengan baik, tentulah ia celaka dan mendapat adzab yang pedih.

Karena itulah, seorang Mu'min sejati yang memahami hakikat qadha-qadar, memahami hakikat ni'mat aqal dan ni'mat ikhtiyar yang Allah Ta'ala karuniakan, akan kita dapati sangat waspada dan takut kepada Allah Ta'ala, selalu menegakkan perintah Allah Ta'ala dan menjauhi segala larangan-Nya, sebab takut ditimpa adzab Allah Ta'ala dan merindukan surga-Nya, bakkan ia mendambakan yang lebih besar daripada itu, yaitu ridha Allah Ta'ala.

Comments

Popular posts from this blog

Manusia: Musayyar atau Mukhayyar? (Part 1)

Seorang Peneliti berpendapat bahwa manusia hidup di dalam dua area . Pertama, " area yang manusia kuasai ". Area ini berada dalam lingkup kekuasaan manusia, dan seluruh perbuatan/peristiwa yang terjadi dalam area ini merupakan pilihannya. Kedua, " area yang menguasai manusia ". Area ini tidak berada dalam kendali manusia; Pada area ini, semua perbuatan/peristiwa - baik peristiwa itu berasal dari manusia ataupun peristiwa itu menimpa dirinya - seluruhnya terjadi tanpa campur tangan manusia sedikitpun. Perbuatan/peristiwa yang terjadi pada " area yang menguasai manusia ", tidak ada sedikitpun andil dan campur tangan manusia dalam kejadiannya. Area yang kedua ini terbagi dua ; Pertama, bagian yang membutuhkan Nizham al-Wujud ( sunnatullah ). Kedua, bagian yang tidak membutuhkan Nizham al-Wujud , namun tetap berada di luar kapasitas kendali manusia, dan ia tidak mampu menolak atau menghindarinya. Adapun bagian yang membutuhkan Nizham al-Wujud , maka manusia...

Membedah Tiga Ideologi Besar Dunia

Ada tiga ideologi yang terdapat di dunia, yaitu Kapitalisme, Sosialisme-Komunisme dan Islam. Masing-masing ideologi memiliki aqīdah yang melahirkan peraturan, mempunyai parameter bagi perbuatan manusia di kehidupan ini, memiliki konsep masyarakat yang unik dan methode tertentu untuk menerapkan peraturannya. Dari segi aqīdah, Komunisme memandang bahwa materi adalah asal-usul segala sesuatu.  Melalui proses evolusi materialistiklah, materi berkembang dan mewujud menjadi segala sesuatu. Sedangkan Kapitalisme mewajibkan pemisahan agama dari seluruh lini kehidupan, yang berdampak pada pemisahan agama dari negara. Para Kapitalis tidak ingin berdebat apakah di sana ada pencipta atau tidak, juga tidak peduli apakah eksistensi tuhan diakui atau diingkari, mereka sepakat bahwa Tuhan tidak memiliki andil dalam mengatur urusan kehidupan. Jadi, mereka - yang mengakui maupun yang menolak eksistensi pencipta - memiliki aqīdah yang sama, yaitu pemisahan agama dari se...

Ikatan Mabdaiyyah Besar Dunia

Kita tidak akan menemukan ideologi besar di dunia ini, kecuali hanya tiga ideologi; Kapitalisme, Sosialisme-Komunisme dan Islam. Dua mabda' pertama, masing-masing diemban oleh satu atau beberapa negara. Sementara, Mabda Islam tidak diemban oleh satu negarapun, melainkan diemban oleh individu-individu dalam masyarakat. Meskipun demikian, mabda ini tetap ada di seluruh penjuru dunia. Sekulerisme-Kapitalisme Kapitalisme berdiri di atas pondasi fashl-d-dīn 'ani-l-hayāt , pemisahan agama dari seluruh lini kehidupan (sekulerisme), dimana ide sekulerisme inilah yang menjadi 'aqīdah kapitalisme, sekaligus qiyādah fikriyyah dan qā'idah fikriyyahnya. Berdasarkan qā'idah fikriyyah sekulerisme inilah, manusia diposisikan sebagai peletak aturan kehidupan, dimana aturan ini harus mempertahankan kebebasan manusia dalam beraqidah, berpendapat, kebebasan hak kepemilikan dan kebebasan pribadi. Kebebasan hak kepemilikan melahirkan sistem ekonomi kapitalisme, sebagai sistem terpopuler ...