Skip to main content

Manusia: Musayyar atau Mukhayyar? (Part 4)

Khashiyat-khashiyat al-Asyaa', gharizah, dan Hajat al-'Udhwiyyah - yang telah Allah Ta'ala kadarkan bersifat baku, - meskipun ia memiliki pengaruh dalam proses terjadinya suatu perbuatan/peristiwa, namun khashiyat-khashiyat ini tidaklah menciptakan perbuatan/peristiwa, manusialah yang melakukan perbuatan ketika menggunakan khashiyat-khashiyat tersebut. Dorongan seksual yang terdapat pada Gharizat an-Nau' memiliki potensi baik dan buruk; Rasa lapar yang terdapat pada Hajat al-'Udhwiyyah juga memiliki potensi baik dan buruk. Akan tetapi, yang melakukan kebaikan dan keburukan itu manusia, bukan gharizahnya, bukan pula Hajat al-'Udhwiyyahnya.

Hal itu karena Allah Ta'ala telah menciptakan 'aqal, juga menjadikan kemampuan idraak (mengetahui-memahami baik/buruk) dan kemampuan tamyiz (membedakan baik/buruk) di dalam tabiat 'aqal. Allah Ta'ala menunjukkan jalan baik dan jalan buruk (QS. Al-Balad [90]:10), dan menjadikan kemampuan idrak terhadap fujur dan taqwa (QS. Asy-Syams [91]:8). Maka, ketika manusia memenuhi gharizah dan Hajat al-'Udhwiyyahnya sesuai dengan perintah dan larangan Allah Ta'ala, sesungguhnya ia telah melakukan kebaikan dan berjalan pada jalan ketaqwaan. Dan ketika ia memuaskan gharizah dan Hajat al-'Udhwiyyahnya dengan mencampakkan perintah Allah Ta'ala dan larangan-Nya, sesungguhnya ia berbuat keburukan dan berjalan pada jalan kefasikan.

Jadi, dalam kedua hal tersebut, manusialah yang memutuskan melakukan kebaikan atau keburukan, dan ia pula yang memutuskan mendapatkan kebaikan atau keburukan; dialah yang memenuhi kebutuhannya sesuai dengan perintah Allah Ta'ala dan larangan-Nya, maka ia berbuat kebaikan; dia pula yang memenuhi kebutuhannya dengan menyelisihi perintah dan larangan Allah Ta'ala, maka ia berbuat keburukan. Atas dasar inilah, manusia dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan/peristiwa yang terjadi pada area yang dia kuasai; diberi pahala atau diberi siksaan. Karena ia melakukan perbuatan tersebut secara sukarela, tanpa ada paksaan sedikitpun.

Namun, meskipun gharizahHajat al-'Udhwiyyah dan khashiyyatnya dari Allah Ta'ala, serta potensi yang mengandung kebaikan dan keburukan itu dari Allah Ta'ala, akan tetapi Allah Ta'ala tidak menciptakan khashiyat-khashiyat ini dalam bentuk yang memaksa manusia untuk melakukan suatu perbuatan tertentu; apakah perbuatan yang Allah ridhai atau perbuatan yang Allah murkai; apakah ia perbuatan yang buruk atau baik.

Khashiyat ihraq (yang terdapat pada api) tidak memaksa manusia melakukan pembakaran; apakah pembakaran itu Allah ridhai atau Allah murkai; apakah pembakaran itu baik atau buruk. Sesungguhnya khashiyat diciptakan pada al-Asyyaa'gharizah dan Hajat al-'Udhwiyyah supaya berfungsi dengan baik ketika manusia menggunakannya dalam bentuk yang dikehendaki. Allah Ta'ala ketika menciptakan manusia beserta gharizah dan Hajat al-'Udhwiyyahnya, juga menciptakan 'aqal yang mampu membedakan (baik/buruk) dan memberinya kebebasan memilih untuk melakukan perbuatan atau meninggalkan perbuatan tersebut; dan Allah Ta'ala tidak pernah memaksa manusia untuk melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan.

Allah Ta'ala tidak menciptakan khashiyat al-Asyyaa', gharizah dan Hajat al-'Udhwiyyah sebagai suatu yang memaksa manusia untuk melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan. Karena manusia bebas melakukan suatu perbuatan atau meninggalkannya dengan menggunakan 'aqalnya yang mampu membedakan (baik/buruk), dan Allah Ta'ala telah menjadikannya sebagai manath taklifis-syar'i; sandaran bagi pembebanan kewajiban melakukan syariat.

Karena inilah, Allah Ta'ala menyediakan ganjaran bagi perbuatan baik, sebab aqal manusialah yang memilih menegakkan perintah Allah Ta'ala dan menjauhi larangan-Nya. Allah Ta'ala juga menyediakan hukuman bagi perbuatan buruk, sebab aqal manusia pulalah yang memilih menyelisihi perintah Allah Ta'ala dan melanggar larangan-Nya, ketika ia memuaskan gharizah dan Hajat al-'Udhwiyyahnya dengan cara-cara selain yang Allah Ta'ala perintahkan. Balasan terhadap perbuatan semacam ini merupakan balasan yang haqq dan adil, karena manusia dibebaskan memilih tanpa paksaan. Di sini tidak ada bentuk qadha-qadar, justru permasalahannya terletak pada tindakan seorang hamba secara sukarela, karena itulah ia dikenai tanggungjawab atas perbuatannya, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman: "Setiap diri bertanggungjawab penuh atas apa yang telah diperbuatnya." (QS. Al-Mudatstsir [74] : 38).

Comments

Popular posts from this blog

Manusia: Musayyar atau Mukhayyar? (Part 2)

Segala perbuatan/peristiwa yang terjadi pada area yang menguasai manusia inilah yang dinamakan qadha'un , sebab Allah Ta'ala-lah yang membuat putusannya. Karena itulah, seorang hamba tidak dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan/peristiwa yang terjadi pada area ini - (tanpa perlu mempertimbangkan kembali segala hal yang mungkin terkandung di dalam perbuatan/peristiwa tersebut) sekalipun di dalamnya terdapat manfaat atau mudharat, meskipun terkandung rasa suka manusia yang menganggapnya baik atau rasa benci manusia yang menilainya buruk - sebab hanya Allah Ta'ala-lah yang mengetahui hakikat baik dan buruknya perbuatan/peristiwa tersebut. Sedangkan manusia tidak memiliki andil, tidak mengetahui hakikat dan tidak mengerti bagaimana cara mewujudkan perbuatan/peristiwa tersebut, serta tidak mampu untuk menolak atau menghadirkannya. Manusia hanya diwajibkan untuk mengimani qadha', bahwasanya ia berasal dari Allah Ta'ala. Adapun qadar, bahwasanya perbuatan/peristiwa -

Irobul Qurān : Al-Falaq

اعراب القرآن ؛ سورة الفلق ٠٦  جمادى الأولى ١٤٤١ | ٠٢ ينايير   ٢٠٢٠ ===================== قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الفَلَقِ ===================== قُلْ ؛ فعل أمر للمخاطب | لمفرد مذكّر | مبني على السكون | فاعله اسم ضمير مستتر تقديره أنتَ أَعُوْذُ ؛ فعل مضارع للمتكلّم وحده | لمفرد مذكّر أو مؤنّث | مرفوع لتجرده عن عوامل النواصب و الجوازم | علامة رفعه ضامّة ظاهرة على الآخر | فاعله اسم ضمير مستتر تقديره أنَا بِ ؛ حرف جرّ | مبنيّ على الكسرة ربِّ ؛ ٍاسم نكرة | مفرد مذكّر | مجرور بحرف جرّ | علامة جرّه كسرة ظاهرة على الآخر | و هو مضاف الفَلَقِ ؛ اسم معرفة بدخول الألف و اللام | مفرد مذكّر | مجرور بالاضافة | علامة جرّه كسرة ظاهرة على الآخر | و هو مضاف إليه -------------------------------------  قُلْ أنتَ ؛ فعل و فاعل | جملة فعلية أعوذُ أنَا ؛ فعل و فاعل | جملة فعية بربّ ؛ جار و مجرور | شبه جملة | متعلق بفعل أَعُوْذُ ربّ الفلق ؛ مضاف و مضاف إليه | تركيب اضافي | اسم معرفة بالاضافة ===================== مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ ===================== مِنْ ؛ شَرِّ ؛ مَا ؛ خَلَقَ ؛ ===================== وَ مِن

Ikatan Pendorong Kebangkitan Manusia

Setiap kali terjadi kemerosotan pola pikir, maka ikatan kebangsaan (nasionalisme) mulai tumbuh di tengah-tengah manusia. Kemerosotan pola berpikir terjadi karena kebersamaan mereka hidup di suatu wilayah tertentu dan keterikatan mereka dengan wilayah tersebut, sehingga Gharizat al-Baqa' mendorong mereka untuk mempertahankan diri dan membela negara - tempat mereka hidup dan mencari penghidupan di dalamnya. Dari sinilah muncul nasionalisme yang merupakan ikatan terlemah dan paling rendah nilainya. Ikatan yang juga terdapat dalam dunia hewan dan burung-burung yang cenderung bersifat emosional. Ikatan nasionalisme lazim terjadi pada kasus ketika ada agresi pihak asing yang melakukan penyerangan atau penaklukan terhadap suatu negeri tertentu. Dan tidak terjadi pada negeri yang aman damai (tidak ada agresi pihak asing). Ketika pihak asing berhasil dilawan dan diusir dari negeri tersebut, terhentilah ikatan nasionalisme, karena itulah ikatan ini paling rendah nilainya. Tatkala terjadi