Skip to main content

Posts

Membedah Tiga Ideologi Besar Dunia

Ada tiga ideologi yang terdapat di dunia, yaitu Kapitalisme, Sosialisme-Komunisme dan Islam. Masing-masing ideologi memiliki aqīdah yang melahirkan peraturan, mempunyai parameter bagi perbuatan manusia di kehidupan ini, memiliki konsep masyarakat yang unik dan methode tertentu untuk menerapkan peraturannya. Dari segi aqīdah, Komunisme memandang bahwa materi adalah asal-usul segala sesuatu.  Melalui proses evolusi materialistiklah, materi berkembang dan mewujud menjadi segala sesuatu. Sedangkan Kapitalisme mewajibkan pemisahan agama dari seluruh lini kehidupan, yang berdampak pada pemisahan agama dari negara. Para Kapitalis tidak ingin berdebat apakah di sana ada pencipta atau tidak, juga tidak peduli apakah eksistensi tuhan diakui atau diingkari, mereka sepakat bahwa Tuhan tidak memiliki andil dalam mengatur urusan kehidupan. Jadi, mereka - yang mengakui maupun yang menolak eksistensi pencipta - memiliki aqīdah yang sama, yaitu pemisahan agama dari se...

Ikatan Mabdaiyyah Besar Dunia

Kita tidak akan menemukan ideologi besar di dunia ini, kecuali hanya tiga ideologi; Kapitalisme, Sosialisme-Komunisme dan Islam. Dua mabda' pertama, masing-masing diemban oleh satu atau beberapa negara. Sementara, Mabda Islam tidak diemban oleh satu negarapun, melainkan diemban oleh individu-individu dalam masyarakat. Meskipun demikian, mabda ini tetap ada di seluruh penjuru dunia. Sekulerisme-Kapitalisme Kapitalisme berdiri di atas pondasi fashl-d-dīn 'ani-l-hayāt , pemisahan agama dari seluruh lini kehidupan (sekulerisme), dimana ide sekulerisme inilah yang menjadi 'aqīdah kapitalisme, sekaligus qiyādah fikriyyah dan qā'idah fikriyyahnya. Berdasarkan qā'idah fikriyyah sekulerisme inilah, manusia diposisikan sebagai peletak aturan kehidupan, dimana aturan ini harus mempertahankan kebebasan manusia dalam beraqidah, berpendapat, kebebasan hak kepemilikan dan kebebasan pribadi. Kebebasan hak kepemilikan melahirkan sistem ekonomi kapitalisme, sebagai sistem terpopuler ...

Ikatan Mabdaiyyah ; Roket Kebangkitan Manusia

Mabda merupakan 'aqidah 'aqliyyah yang menumbuhkan peraturan. Adapun aqidah ialah pemikiran integral tentang semesta alam, manusia, kehidupan, tentang apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia, serta tentang hubungan (ketiga unsur tadi) dengan apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan. Peraturan yang tumbuh dari 'aqidah mencakup pemecahan problematika manusia, penjelasan tatacara pelaksanaan pemecahan problematika manusia, tatacara pelaksanaan pemeliharaan 'aqidah dan tatacara pelaksanaan pengembanan mabda. Tiga perkara terakhir; penjelasan tatacara pelaksanaan pemecahan problematika, pemeliharaan 'aqidah dan pengembanan da'wah disebut thariqah . Sementara 'aqidah dan berbagai pemecahan problematika manusia disebut fikrah . Jadi, mabda mencakup fikrah dan thariqah. Mabda' haruslah muncul dalam pikiran seseorang; melalui wahyu Allah yang Ia perintahkan tablighnya, atau muncul dari kejeniusan seseorang. Mabda' yang berasal dari wahyu Allah m...

Ikatan Pendorong Kebangkitan Manusia

Setiap kali terjadi kemerosotan pola pikir, maka ikatan kebangsaan (nasionalisme) mulai tumbuh di tengah-tengah manusia. Kemerosotan pola berpikir terjadi karena kebersamaan mereka hidup di suatu wilayah tertentu dan keterikatan mereka dengan wilayah tersebut, sehingga Gharizat al-Baqa' mendorong mereka untuk mempertahankan diri dan membela negara - tempat mereka hidup dan mencari penghidupan di dalamnya. Dari sinilah muncul nasionalisme yang merupakan ikatan terlemah dan paling rendah nilainya. Ikatan yang juga terdapat dalam dunia hewan dan burung-burung yang cenderung bersifat emosional. Ikatan nasionalisme lazim terjadi pada kasus ketika ada agresi pihak asing yang melakukan penyerangan atau penaklukan terhadap suatu negeri tertentu. Dan tidak terjadi pada negeri yang aman damai (tidak ada agresi pihak asing). Ketika pihak asing berhasil dilawan dan diusir dari negeri tersebut, terhentilah ikatan nasionalisme, karena itulah ikatan ini paling rendah nilainya. Tatkala terjadi...

Ilmu & Iradah Allah Meliputi Perbuatan Hamba

Adapun mengenai ilmu Allah Ta'ala, sesungguhnya ilmu-Nya tidak memaksa seorang hamba untuk melakukan suatu perbuatan tertentu, karena Allah Ta'ala telah mengetahui bahwasanya seorang hamba (yang dibebaskan memilih tindakan tanpa paksaan) niscaya akan melakukan tindakan/perbuatan secara sukarela, dan bukan berlandaskan atas ilmu Allah Ta'ala, bahkan secara azali - Allah Ta'ala telah mengetahui - bahwa seorang hamba akan melakukan perbuatan tersebut. Adapun tulisan yang terdapat di Lawhul Mahfuzh tidak lain merupakan gambaran tentang kemahaluasan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu. Iradah Allah Ta'ala juga tidak memaksa seorang hamba untuk melakukan suatu perbuatan tertentu. Justru perbuatan seorang hamba masih berada dalam cakupan iradah-Nya, selama iradah-Nya dipahami dari sisi bahwa "tidak akan terjadi sesuatu apapun di kerajaan (alam kekuasan)-Nya kecuali atas iradah-Nya", dengan kata lain "tidak ada sesuatupun di alam ini yang kejadiannya ber...

al-Qadhā wa al-Qadar

Allah Ta'ala berfirman dalam Ali Imran [3]:145, Al-A'raaf [7]:34, Al-Hadid [57]:22, At-Taubah [9]:51, Saba [34]:3, Al-An'am [6]:60, An-Nisa [4]:78. Ayat-ayat ini dan ayat sejenis seringkali dipakai dalam pembahasan Qadha dan Qadar, sebagai dalil yang dipahami bahwasanya manusia dipaksa untuk melakukan perbuatannya dengan  iradah  dan  masyiatullah , dan bahwasanya Allah Ta'ala yang telah menciptakan manusia, tentu Allah Ta'ala jugalah yang menciptakan perbuatan manusia. Mereka berusaha menguatkan pendapatnya dengan Ash-Shaffat [37]:96 "Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu." dan mengambil dalil dari hadits Rasulullah SAW, seperti "Roh Qudus telah membisikkan ke dalam qalbuku: Tidak akan mati suatu jiwa sehingga ditunaikan seluruh rizqi, ajal dan apa-apa yang ditaqdirkan baginya." Masalah Qadha dan Qadar telah mengambil peranan penting di dalam madzahib Islamiyyah.  Ahlus Sunnah  berpendapat bahwa  manusia memiliki ...

Manusia: Musayyar atau Mukhayyar? (Part 4)

Khashiyat-khashiyat al-Asyaa', gharizah , dan Hajat al-'Udhwiyyah - yang telah Allah Ta'ala kadarkan bersifat baku, - meskipun ia memiliki pengaruh dalam proses terjadinya suatu perbuatan/peristiwa, namun khashiyat - khashiyat ini tidaklah menciptakan perbuatan/peristiwa, manusialah yang melakukan perbuatan ketika menggunakan khashiyat-khashiyat tersebut. Dorongan seksual yang terdapat pada Gharizat an-Nau' memiliki potensi baik dan buruk; Rasa lapar yang terdapat pada Hajat al-'Udhwiyyah juga memiliki potensi baik dan buruk. Akan tetapi, yang melakukan kebaikan dan keburukan itu manusia, bukan gharizah nya, bukan pula Hajat al-'Udhwiyyahnya. Hal itu karena Allah Ta'ala telah menciptakan 'aqal , juga menjadikan kemampuan idraak (mengetahui-memahami baik/buruk) dan kemampuan tamyiz (membedakan baik/buruk) di dalam tabiat 'aqal. Allah Ta'ala menunjukkan jalan baik dan jalan buruk (QS. Al-Balad [90]:10), dan menjadikan kemampuan idrak terh...